Rabu, 18 Mei 2016

{Artikel} Membuat Review Buku


Membuat Review Buku 





Ada tiga istilah yang bisa kita kenal menyangkut me-review buku, yaitu resume, resensi, dan review.

Resume berasal dari kata re (kembali), sume dari bahasa inggris summary yang artinya ikhtisar atau ringkasan. Maka resume dapat diartikan meringkas kembali  suatu tulisan dengan mencatat kembali poin-poin penting dari tulisan tersebut.

Resensi berasal dari bahasa latin, yaitu  dari kata kerja revidere atau recensere yang artinya menimbang atau menilai. Dalam bahasa belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah review.  Tindakan meresensi berarti memberikan penilaian, mengkaji kembali isi jurnal/tulisan/buku, membahas dan memberikan kritik.

Me-review dapat diartikan mengkaji atau membuat kajian dari suatu jurnal. Me-review bukan meringkas tetapi memahami, mengolah referensi, membandingkan dan memberikan pendapat pribadi berdasarkan referensi ilmiah kemudian menyimpulkan/memberi pendapat pribadi.

Bisa dikatakan, resensi dan review itu sama. Dari tiga istilah tersebut mengacu pada hal yang sama yaitu mengulas suatu karya berupa jurnal, buku dsb.


Tujuan me-review adalah:

      1. Memberikan Informasi
Tidak semua orang bisa membaca buku, atau ada buku-buku yang  tidak diprioritaskan untuk dibaca. Review suatu buku dapat memberikan informasi bagi siapa saja. Baik yang ingin membaca bukunya ataupun tidak. Apalagi biasanya, buku yang di-review adalah buku baru.

Informasi apa saja yang bisa diketahui? Banyak. Misalnya, kenapa suatu buku bisa diterbitkan, penulisnya siapa, dan apa isi buku tersebut

      2. Media Pembelajaran Menulis
Banyak orang ingin jadi penulis. Salah satu media pembelajarannya adalah dengan membaca review suatu buku. Dengan begitu, kita akan mengetahui kelebihan dan kekurangan buku tersebut. Dari sana, kita bisa belajar menulis buku yang baik.

Reviewer telah melakukan pembacaan terhadap suatu buku. Kita akan menemukan unsur-unsur buku yang bagus, kritikan atau bahkan koreksi. Misalnya, koreksi terhadap EYD, pengembangan karakter, dan logika cerita.

      3. Media Pembelajaran Desain
Bagi desainer buku, layout dan tampilan kaver sangatkah penting. Beberapa reviewer yang juga membahas kaver dan layout. Ini bisa menjadi bahan pembelajaran bagi para desainer. Bisa juga mengukur selera pasar, kaver dan layout seperti apa yang sedang disukai.

      4.  Bahan Perbandingan Karya
Mengetahui perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang sama atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Reviewer yang punya “jam terbang” tinggi, biasanya tidak melulu mengulas isi buku apa adanya. Biasanya, mereka juga menghadirkan karya-karya sebelumnya yang telah ditulis oleh pengarang buku tersebut atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Hal ini tentu akan lebih memperkaya wawasan pembaca nantinya.

      5. Bahan Pembelajaran Bagi Penulis Buku yang Di-review
Karya bagi penulis seperti seorang anak. Anak yang paling cantik dan ganteng. Karena itulah, penulis sulit melihat kekurangan karyanya. Dengan adanya review dari orang lain, maka penulis bisa mendapat pembelajaran kelebihan dan kekurangan bukunya. Pembelajaran ini menjadi bekal untuk membuat karya penulis lebih baik lagi.  Juga bagi editor dan penerbitnya.


Langkah-langkah Me-review Buku

      1. Memilih dan Membaca Buku
Fokus dalam salah satu genre buku akan mengasah tulisan review kita semakin apik. Ilmu yang kita miliki dapat memperkaya sudut pandang tulisan. Misalnya, saya kuliah di jurusan komunikasi, review buku saya sisipkan keilmuan tentang teori komunikasi. Atau bisa juga pengetahuan tentang hobi. Misalnya, teman saya membuat review film tentang sepeda, karena dia hobi bersepeda, maka review-nya kaya akan pengetahuan.

Bacalah dengan saksama dan sampai selesai. Bila perlu mencatat hal-hal penting seperti kutipan bagus, pemikiran mendalam penulis atau kesalahan penulisan. Saya sarankan siapkan buku khusus, jangan sampai mencorat-coret atau melipat buku.

Bukan sekadar membaca tapi lakukanlah pembacaan, Ini yang membedakan antara pembaca biasa dan reviewer buku. Pembacaan, menurut saya, adalah sudut pandang reviewer dalam melihat karya. 

Saya suka gemas sendiri kalau menemukan review yang mencantumkan kalimat-kalimat begini:

Buku ini memberi angin segar bagi dunia literasi.

Atau,

Buku ini jelek.
Buku ini bagus.

     Alangkah baiknya jika reviewer memberi alasan yang jelas kenapa buku ini jelek atau bagus. Dalam setiap buku, penulis dituntut untuk memberi motivasi pada karakternya atau logika cerita dalam alur, maka sebagai reviewer, kamu juga harus melakukan pandangan yang tidak asal-asalan.     
    
      2. Pilih Buku Baru
Ingin review kamu dimuat di media massa? Pilihlah buku-buku baru. Masyarakat tentu lebih membutuhkan informasi buku baru ketimbang yang lama. Buku lama bisa jadi sudah banyak yang me-review. Tapi jika ingin dipublikasikan di blog pribadi, tidak ada salahnya me-review buku lama. Hitung-hitung berlatih membuat review.

      3. Menuliskan Anatomi Buku
Ini adalah informasi wajib dalam membuat review buku. Formatnya seperti ini:

Judul Karya Review

Cover

Judul Buku :
Penulis :
ISBN :
Penerbit :
Editor /Penyelaras Kata :
Desain cover :
Layout isi :
Tanggal Terbit :
Harga :
Tebal :

Blurb:

Ringkasan buku

Isi

Penutup

Catatan:
a)      Judul
Banyak judul review seperti ini:
Review Buku Novel A.
Buatlah judul yang menarik dan provokatif. Menerbitkan orang lain untuk membaca.

b)      Ringkasan Buku
Garis besar cerita dari buku, usahakan jangan spoiler. Pembaca buku suka sesuatu yang mengejutkan. Atau penulis memang ingin membuat twist. Simpanlah amunisi penulis ini.

c)       Isi
Mengulas dan memberikan penilaian terhadap buku tersebut. Mulai dari yang bersifat fisik seperti kaver, pemilihan kertas, atau layout. Kemudian masuk ke pembahasan substansi isinya. Bisa juga membandingkan dengan buku lain yang mirip atau se-genre. Bahaslah kelebihan, kekurangan dan manfaat buku tersebut.

Mengkoreksi EYD, logika cerita, pengakteran, dan terpenting adalah sikap dan penilaian reviewer terhadap buku tersebut.

Yons Achmad, Humas FLP Pusat, mengatakan, Salah satu fungsi utama seorang reviewer yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik menilai sebuah buku.

Selalu saja ada yang bilang begini: Bisanya cuma ngritik, kayak tulisannya udah bagus aja!

Jangan takut mengkritik suatu buku. Kamu mungkin bukan seorang kritikus handal, tapi menjadi reviewer adalalah salah satu langkah menjadi kritikus. Apalagi kalau sampai review kamu dimuat di media.

Kritikus teater bukan berarti seorang aktor atau sutradara. Seorang kritikus film bukan berarti sineas. Kritikus dibutuhkan, karena kritikus bisa melihat karya penulis lebih objektif.

Jangan khawatir, penulis yang baik, tahu mana kritik atau masukan yang membangun dan yang hanya nyinyir saja. Makanya saya tulis di atas, jika penulis dituntut membuat logika cerita yang benar dalam bukunya, maka sebagai reviewer buatlah tulisan yang sama-sama berlogika.

Tips: Biasanya, saya membuka isi review dengan sesuatu yang menggelitik. Pemikiran penulis yang membuat saya merenung. Renungan itu menjadi pertanyaan yang kemudian baru terjawab setelah saya menamatkan buku. Atau sama sekali tidak mendapat jawaban.

Tulislah kelebihan buku tersebut terlebih dulu, baru tulis kekurangannya. Orang cenderung akan bersikap positif jika memulai sesuatu dengan positif juga, begitu pula sebaliknya.

d)      Penutup
Berikan kesimpulan dari hasil analisis kita terhadap buku itu. Jika dimulai dengan pertanyaan, maka penutup adalah jawabannya. Boleh juga memberi rating. Tergantung kerativitas reviewer.

      4. Panjang Review
Perkirakan panjang review buku, sesuaikan dengan ruang media yang kamu pilih untuk mempublikasikannya. Jika ingin dimuat di media massa ikuti syarat jumlah halaman dari media yang bersangkutan.

Semoga artikel ini bermanfaat. Selamat me-review buku ^_^


******
 
CONTOH

Judul             : Dikatakan atau tidak dikatakan itu tetap cinta
ISBN             : 978-602-03-0718-3
Hal               : 69 halaman
Cetakan        : Kedua, September
Penerbit        : Gramedia Pustaka Utama
Penulis          : Tere Liye
Bintang         : 4 of 5

Kumpulan 24 sajak dengan ilustrasi terbaik dari Tere Liye.
Sajak tentang memiliki, pun tentang melepaskan
Sajak tentang pertemuan, juga tentang perpisahan
Sajak tentang kebahagiaan, juga tentang kesedihan
Tambahkan pula sajak berguarau
Bercanda dengan perasaan
Para pecinta adalah pujangga terbaik yang pernah ada
Dan kasih saying pun adalah sumber inspirasi paling deras yang pernah ada

REVIEW

Waktu diminta vote sama Tere Liye terkait dengan pemilihan cover buku ini, saya sangat antusias sekali. Berarti ada buku menarik yang akan menjadi teman di kereta. Sempat kehabisan stock di bukabuku.com, beralih ke parcel buku dan alhamdulillah masih ada—sudah masuk cetakan kedua. Mendapat sedikit bocoran dari teman kalo buku ini tipis dan habis sekali kedip (sarkas banget ya, sekali kedip. Ahaha).

Ternyata benar, buku ini tipis, tapi tetap saja membacanya gak bisa sekali kedip. Perjalanan stasiun Juanda-Pondok China khatam. Bahasanya ringan, mudah dicerna. Entah sajak atau lebih tepatnya sebagai susunan kalimat yang inspiratif. Kalau boleh saya merangkum, buku ini bercerita tentang suatu proses—proses cinta, proses melepaskan, proses sabar, etc. Banyak pesan-pesan yang tersirat mendalam bagi pembacanya, seberapa menyakitkan luka itu, nikmatilah, peluklah.

Maka berhentilah sejenak saat sakit hati itu tiba, rasakan segenap sensasinya // Lantas tertawa kecil atau terkekeh juga boleh, kita adalah manusia (hal 28)
Sebagian besar tulisan dalam buku ini pernah di-share di page resmi Darwis Tere Liye, sepotong-potong memang, Cuma bila digabungkan bait-bait tersebut, akan membentuk 1 puisi.

Tulisan ini dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi yang (mungkin) digambar oleh putra semata wayang Tere Liye—Abdullah Pasai :p. Ah, siapapun yang menggambarkannya, saya tetap suka, atau mungkin karena gaya bahasa Tere Liye adalah selera saya? 

Dari ke 24 sajak yang dituliskan dalam buku tersebut, ada satu sajak yang sangat saya suka. Judulnya “Sajak Embun dan Perasaan”

Kenap embun itu indah?
Karena butir airnya tidak menetes
Sekali dia menetes, tidak lagi embun
Kenapa purnama itu elok?
Karena bulan balas menatap di angkasa
Sekali dia bergerak, tidak ada lagi purnama
Aduhai, mengapa sunset menakjubkan?
Karena matahari menggelayut malas di kaki langit
Sekali dia melaju, hanya tersisa gelap dan debur ombak
Mengapa pagi menenteramkan dan dingin?
Karena kabut mengambang di sekitar
Sekali dia menguap, tidak ada lagi pagi
Di dunia ini,
Duhai, ada banyak sekali momen-momen terbaik
Meski singkat, sekejap
Yang jika belum terjadi langkah berikutnya
Maka dia selalu special
Sama dengan kehidupan kita, perasaan kita
Menyimpan perasaan itu indah
Karena penuh misteri dan menduga
Sekali dia tersampaikan, tidak ada lagi menyimpan
Menunggu seseorang itu elok
Karena kita terus setia berdiri
Sekali dia datang, tidak ada lagi menunggu
Bersabar itu sungguh menakjubkan
Karena kita terus berharap dan berdoa
Sekali masanya tiba, tiada lain kecuali jawaban dan kepastian
Sungguh tidak akan keliru bagi orang-orang yang paham
Wahai, tahukah kita kenapa embun itu indah?
Karena butir airnya tidak menetes
Sekali dia menetes, tidak ada lagi embun
Maka singkat yang begitu berharga

eperti yang saya ungkapkan sebelumnya, bahwa sajak-sajak Tere Liye berisi pelipur perasaan. Meneguhkan ajaibnya kesabaran, azimat doa dan ketekunan berusaha. Sajak-sajak dalam buku tersebut menjadi antitesis dari “Cinta yang selalu diucapkan dan harus memiliki”. Kutipan sajak Embun dan Perasaan menjadi salah satu dari sajak-sajak Tere Liye yang lainnya yang menyiratkan bahwa saat belum siap untuk menikah, mending kita menjaga perasaan kita baik-baik—karena itu momen terbaik. Sekali kita mengatakannya, perasaan itu seperti menguap begitu saja. Sungguh tidak akan keliru bagi orang-orang yang paham. Manis sekali filosofinya.

Jangan mengeluh // jangan risau // hanya orang-orang terbaik yang akan lulus // lantas melihat kristal cintanya begitu indah (Sajak UN-hal 7)
Hanya orang-orang terbaiklah yang akan mendapatkan kabar baik // hanya orang-orang bersabarlah yang akanmenrima hadiah indah (Sajak Hujan-hal 10)
Eh, ternyata ada satu sajak lagi yang saya suka, here we go.

Ssstt… diamlah sebentar!
Cinta sejati hanya bisa didengar justru dalam senyap
Bukan gegap gempita kalimat yang mengaburkan makna
Dan kita tertipu oleh tampilannya
Ssstt.. ayo duduk sejenak!
Cinta sejati hanya bisa dikenali saat sepi
Diperhatikan dengan seksama, dalam kesadaran diri paripurna
Bukan berisik teriak-teriak “Aku cinta kamu!”
Tapi esok lusa kita meratap kencang-kencang sebaliknya
Ssstt.. bisakah kita diam dulu?
Agar cinta sejati menunjukkan diri sebenarnya
Apakah yang ini, atau yang itu, atau mungkin yang lain lagi
Dan kita harus menunggu dan bersabar bersabar (Sajak Diam Sebentar—hal 41)

In the end, saya bisa menyimpulkan bahwa pesan-pesan yang hendak disampaikan penulis adalah antitesis dari realita kebanyakan dalam kehidupan. Saat remaja-remaja disuguhi sinetron dan tontonan yang sebenarnya secara tidak sadar membentuk pembenaran dalam diri mereka—bahwa cinta harus disampaikan, fenomena pacaran, kata-kata I love you yang tumpah ruah seperti buih.

Buku ini menyuguhkan lain daripada yang lain, saat sajak-sajak lain bermunculan karena patah hati, tangisan dan sikap nelangsa lainnya. Tulisan ini menyiratkan pesan agar pembaca memeluk erat-erat perasaan sakit itu, agar luka dihabisi oleh waktu. Adios

Ps : yang lagi galau akut, ini cocok buat dibaca :p
Picture taken from Goodreads


 ********

Sumber: Google.com (Pencarian tentang Membuat Riview Buku)



Share:

4 komentar:

  1. wah mantap gan tipsnya, saya juga lagi belajaran buat artikel, tempat nongkrong yang asik di semarang

    BalasHapus
  2. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.com

    BalasHapus
  3. Trimakasih kpd Kakak Nirwana,s Life
    Yang telah membuka minset saya dalam membuat
    Contoh me-Review buku dan Journal education dengan memuat artikel meriview ini saya dengan segera bergegas untuk menyelesaikan tugas saya sebagai mahasiswa pps di kampus IAIN Takengon Aceh Tengah... Semoga Allah memberikan kesehatan Kepada orang yang memberikan obor penderang bagi orang yang lain fastabiqul khairat... Amin yr .yb ..wassalam

    BalasHapus