Kisah Nabi Hud as.
1. Kaum ‘Aad
Setelah waktu berjalan cukup lama, kaumnya Nabi Nuh yang
beriman telah melahirkan keturunan yang banyak, ini berarti menambah jumlah
penduduk yang beriman. Setelah melahirkan keturunan yang banyak, mereka hidup
berpencar-pencar di berbagai pelosok yang bersuku-suku, dan satu sama lain
tidak saling kenal mengenal. Masing-masing golongan berkembang dengan adatnya
masing-masing.
Kehidupan yang berbeda-beda ini menimbulkan hilangnya rasa
kesetiakawanan, rasa saling tolong-menolong dan hidup saling bergotong-royong. Lama
kelamaan ajaran yang pernah dibawa oleh Nabi Nuh menjadi hilang dan kehidupan
masyarakat yang semakin rusak, karena mereka sudah tidak beriman dan melupakan
ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Nuh.
Di antara kaum yang sering berbuat kejahatan dan kerusakan adalah suatu kaum yang tersohor yaitu kaum ‘Aad. Kaum ‘Aad adalah satu kaum yang paling durhaka di zaman itu, yang hidupnya di Negeri Ahqaf, antara Yaman dan Uman.
Menurut sejarah, kaum itu menyembah kepada berhala Shada,
Shamud dan Al-Haba, setiap hari mereka bukan lagi menyembah kepada Allah,
tetapi menyembah kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri.
2. Hud Mengajak Kaumnya ‘Aad Untuk
Menyembah Kepada Allah.
Menghadapi kaum ‘Aad yang semakin rusak
dan berbuat kejahatan di muka bumi ini, maka Allah mengutus Hud untuk
menyampaikan risalah dan mau menyembah kepada Allah dan meninggalkan menyembah
kepada berhala. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-A’raf ayat 65:
Artinya: “Dan (kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka (Hud). Ia berkata:
Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain
dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa kepada-Nya.”
Tugas pokok yang diemban oleh nabi Hud
adalah untuk menyampaikan risalah kepada kaum’Aad dengan mengajarkan beberapa
pelajaran dan menunjukkan Tuhan sebenarnya yang patut disembah dan dimintai
pertolongan, dan Nabi Hud juga mempunyai tugas untuk memberantas orang-orang
yang senang menyembah kepada berhala. Sebagaimana Firman Allah dalam Surah
Al-Ahqaf ayat 21:
Artinya: “Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad yaitu ketika dia diberi peringatan
pada kaumnya di Al-Ahqaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang
pemberi peringatan sebelumnya dan sesudah nya (dengan mengatakan) : Janganlah
kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kalian ditimpa adzab
hari yang besar.”
Usaha yang dilakukan oleh Hud untuk
menyampaikan risalah tidak membuahkan hasil yang menggembirakan, malah mereka
semakin sombong dan congkak dan tidak pernah menghiraukan nasehat dan ajaran
agama yang dibawah oleh Hud, bahkan mereka berani mengutuk Hud sebagai orang
yang bodoh. Sebagai balasan kepada kaum ‘Aad yang menyombongkan diri tersebut,
Allah menurunkan adzab yang pedih berupa musim kemarau yang berkepanjangan
selama tiga tahun, dan selama masa tersebut Allah tidak menurunkan air sedikit
pun.
Dalam keadaan yang sangat mengerikan
tersebut, Hud masih sempat memberikan nasehat kepada kaumnya agar berdoa kepada
Tuhan dan memohon ampunan atas dosa-dosa yang pernah mereka lakukan, kemudian
bertaubat kepada Tuhan.
Dan sesudah dilanda musim kemarau berkepanjangan
yang begitu mengerikan, lalu Allah menurunkan lagi adzab yang lebih dahsyat
berupa angin kencang selama tujuh malam dan delapan hari, angin tersebut dapat
membinasakan binatang-binatang ternak yang berkeliaran di padang pasir. Sebagaimana
firman Allah dalam surah Adz Dzariyat ayat 41-42:
Artinya: “Dan juga pada (kisah) ‘Aad ketika kami kirimkan kepada mereka angin
yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan sesuatu pun yang dilandanya,
melainkan dijadikannya seperti serbuk.”
Mengingat negeri baru dilanda adzab
Allah itu menjadi rusak, maka Hud dan para pengikutnya yang beriman pindah ke
Hadlaral maut Mekkah, dan ia tinggal di sana dan tidak lama kemudian ia wafat
dan dikuburkan di sana pula.
*****
Referensi:
Buku Mutiara Kisah 25 Nabi & Rasul, Penyusun: Ust. M. Hamid
0 komentar:
Posting Komentar