Kamis, 13 Oktober 2016

[Event 15] Biar Lelah Asal Tetap Lillah



Bismillah…

Assalamualaikum… 
Sudah lama sekali tidak ikut event di sosial media berkaitan dengan MENULIS. Dan setelah berusaha menyempatkan waktu di sela-sela rasa lelah setelah pulang kerja, akhirnya naskah saya pun rampung. Dan naskah ini saya ikutkan dalam salah satu Sayembara yang diadakan Penerbit Wahyu Qolbu
 
Meskipun pada akhirnya naskah yang saya kirimkan tidak masuk 10 besar naskah yang terpilih, tapi saya tetap bersyukur. Karena bisa membuat sebuah karya dan mengirimkannya untuk diikutsertakan dalam sebuah event atau sayembara adalah satu hal yang patut dibanggakan. Alhamdulillah, terpilih atau pun tidak masalah. Setidaknya saya sudah mencoba dan berusaha.
Dan inilah naskah yang saya kirim…. Let’s read it 

**********

Biar Lelah Asal Tetap Lillah
Oleh: Nirwana Fitria

Aku adalah anak sulung dari 5 bersaudara. Sebagai anak sulung, aku haruslah menjadi sosok yang bisa dibanggakan orang tua dan tentu saja menjadi contoh yang baik untuk adik-adikku. Sejak masih SD, aku sudah terbiasa mengurus keperluanku sendiri. Apalagi ketika mama melahirkan, tentu saja aku harus turun tangan membantu pekerjaan rumah yang biasa mama kerjakan. Aku pun belajar untuk mencuci piring dan pekerjaan lainnya yang masih tergolong ringan di usiaku yang masih sangat kecil. Tapi, aku bersyukur atas itu semua karena akhirnya sekarang di usia yang menginjak 20 tahun. Mengerjakan berbagai pekerjaan dalam rumah menjadi hal yang mudah bagiku sehingga mama tidak repot lagi.


Aku menjalani hidup seperti anak-anak lain pada umumnya. Setelah lulus SD, lanjut ke SMP. Dan setelah lulus SMP, lanjut lagi ke SMK. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan, sebenarnya aku ingin sekali melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi. Tapi melihat kondisi ekonomi orang tuaku, rasanya keinginan itu harus kuurungkan. Sebenarnya ada rasa sedih dan kecewa, karena bagiku pendidikan adalah salah satu jalan untuk memperbaiki masa depan. Tapi terkadang kenyataan memang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ditengah rasa kecewa itu, Allah memberiku jalan. Aku ditawari untuk bekerja di tempat penjualan hijab milik tetanggaku. Dan tawaran itu kuterima dengan pertimbangan bahwa siapa tahu dengan bekerja, aku bisa mengumpulkan uang untuk biaya kuliah. Selain itu, daripada nganggur yah kenapa tidak kucoba saja untuk bekerja.

Dengan ucapan Bismillah, aku pun mulai menjalani lembaran baru dalam kehidupanku. Meskipun sebenarnya ada sedikit keraguan dalam hati. Karena jujur saja aku tidak begitu suka dengan pekerjaan yang mengharuskan untuk berhadapan dengan manusia. Jika boleh memilih, aku lebih suka bekerja di depan komputer, hehehe. Tapi, keraguan itu kubuang jauh-jauh. Dan dengan niat untuk belajar mandiri dan tidak menyusahkan orang tua. Aku pun berusaha untuk mencintai pekerjaan ini dengan terus belajar bagaimana caranya melayani pembeli dengan ramah & sopan. Awalnya memang terasa berat, karena tak jarang kutemui pembeli yang kemauannya banyak, suka menawar dengan harga yang tidak masuk akal -_- dan sebagainya. Meskipun demikian, aku tetap bersyukur atas setiap hal yang kujalani, atas setiap detik yang kulalui dan atas nafas yang masih Allah beri padaku.

Aku hanya 2 bulan bekerja di tempat penjualan hijab milik tetanggaku itu. Karena nenek mengajakku untuk ke Kota Ternate. Yah, sebenarnya agak berat juga meninggalkan pekerjaan itu. Tapi kasihan juga kalau nenek tidak ada yang menemani. Namun, hikmah dibalik kepergianku ke sana adalah Mama akhirnya menggantikanku bekerja di tempat penjualan hijab itu. Sudah lama mama ingin mencari kegiatan yang bisa menghasilkan uang. Tapi selalu dilarang oleh bapak, karena bapak tidak ingin anak-anaknya tidak ada yang mengurus. Namun, karena adik bungsuku sudah bisa ditinggal di rumah dan dijaga oleh adikku yang kedua. Maka, bapak pun mengizinkan mama bekerja.

Singkat cerita, setelah pulang kembali ke Kendari. Niat untuk kuliah pun masih ada dalam hatiku. Tapi, lagi-lagi kenyataan berbenturan dengan harapanku. 2 tahun sudah kutunda niat untuk mengenyam bangku kuliah, padahal teman-temanku sudah memasuki tahun kedua mereka di universitas. Kadang terselip rasa iri pada mereka. Tapi, seiring berjalannya waktu aku belajar untuk menerima segalanya. Berusaha untuk terus berbaik sangka atas setiap takdir yang Allah tuliskan. Mencoba bersabar atas segala anggapan rendah orang lain atas kondisi ekonomi keluargaku. Mencoba ikhlas atas tatapan-tatapan merendahkan dari orang-orang yang merasa dirinya lebih dari segi materi. Mencoba tabah atas berbagai masalah yang datang silih berganti. Mungkin memang benar, bahwa di setiap masalah pasti mengandung hikmah yang bisa dijadikan pelajaran. Sama seperti yang kualami. Dengan adanya berbagai cobaan hidup, aku pun jadi lebih mengerti bahwa tiada tempat bersandar terbaik selain kepada Allah SWT. Bahwa hanya Allah lah yang tak akan pernah meninggalkan kita dalam keadaan apapun, meskipun kadang kita justru lalai untuk mengingatnya. Bahwa Allah adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Dan hanya dengan mengingat-Nya lah hati menjadi tenang.

Alhamdulillah, saat ini aku sudah bekerja lagi. Kali ini di sebuah mini market yang letaknya tak begitu jauh dari rumah. Aku bekerja di bagian Administrasi. Mengurus segala hal berkaitan dengan nota pembelian barang. Dan kali ini, aku bekerja berhadapan dengan komputer—seperti apa yang aku inginkan dulu. Dan yang tak kalah membuatku bahagia adalah karena aku dimudahkan oleh Bos tempat kerjaku untuk tetap melaksanakan sholat di sela-sela waktuku bekerja. Karena menurut pengalaman beberapa temanku, ada yang bekerja di tempat yang agak dipersulit saat hendak mengerjakan sholat. Selain itu, karena ada Masjid di dekat tempatku bekerja, jadinya aku bisa sholat di Masjid. Aktifitas yang kujalani memang seringkali menguras fikiran dan tenagaku. Tapi aku percaya, asalkan niat kita Lillahi Ta’ala, maka rasa lelah yang kurasakan tidak akan menjadi beban untukku.

Sampai saat ini, impianku untuk bisa kuliah masih tetap ada. Tak henti-henti kumeminta agar dimudahkan dalam mewujudkan apa yang kuinginkan itu. Dan semoga saja dengan pekerjaanku sekarang, bisa menjadi jalan untuk sedikit demi sedikit mengumpulkan uang agar bisa dipakai untuk biaya kuliah. Sungguh, Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Allah memberikan apa yang kita butuhkan di saat yang memang tepat. Hingga terkadang keinginan kita ditunda dulu. Semoga apapun yang kujalani sekarang tetaplah dengan niat Lillahi Ta’ala. Dan setiap langkahku selalu diridhoi oleh-Nya. Aamiin.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

*****


Jadi perempuan tak berarti harus lemah. Perempuan juga bisa mandiri dan menjadi bermanfaat untuk sekitar. Berbagai cobaan hidup memang terkadang membuat diri merasa tak berdaya. Tapi percayalah bahwa Allah akan selalu ada untuk hamba-Nya yang tak pernah lelah meminta pertolongan-Nya. Cobaan yang berat tak ada apa-apanya dibanding nikmat yang Allah akan beri setelah kita mampu melalui cobaan itu dengan sabar, ikhlas dan tawakal. Jadilah perempuan tangguh dan mandiri. Perempuan yang mampu menjaga dirinya dari hal-hal negatif, mampu melakukan sesuatu yang bisa mengubah keadaan yang tadinya terpuruk menjadi bangkit kembali. Tetap semangat, dan jadikan Allah sebagai tempat terbaik untuk mencurahkan segala isi hati. 
- Nirwana Fitria -

Share:

0 komentar:

Posting Komentar