Bismillah…
Assalamualaikum…
Sudah lama sekali tidak
ikut event di sosial media berkaitan dengan MENULIS. Dan setelah berusaha
menyempatkan waktu di sela-sela rasa lelah setelah pulang kerja, akhirnya
naskah saya pun rampung. Dan naskah ini saya ikutkan dalam salah satu Sayembara
yang diadakan Penerbit Wahyu Qolbu
Meskipun pada
akhirnya naskah yang saya kirimkan tidak masuk 10 besar naskah yang terpilih,
tapi saya tetap bersyukur. Karena bisa membuat sebuah karya dan mengirimkannya
untuk diikutsertakan dalam sebuah event atau sayembara adalah satu hal yang
patut dibanggakan. Alhamdulillah, terpilih atau pun tidak masalah. Setidaknya
saya sudah mencoba dan berusaha.
Dan inilah naskah
yang saya kirim…. Let’s read it
**********
Biar Lelah Asal Tetap Lillah
Oleh:
Nirwana Fitria
Aku adalah anak sulung dari 5
bersaudara. Sebagai anak sulung, aku haruslah menjadi sosok yang bisa
dibanggakan orang tua dan tentu saja menjadi contoh yang baik untuk
adik-adikku. Sejak masih SD, aku sudah terbiasa mengurus keperluanku sendiri.
Apalagi ketika mama melahirkan, tentu saja aku harus turun tangan membantu
pekerjaan rumah yang biasa mama kerjakan. Aku pun belajar untuk mencuci piring
dan pekerjaan lainnya yang masih tergolong ringan di usiaku yang masih sangat
kecil. Tapi, aku bersyukur atas itu semua karena akhirnya sekarang di usia yang
menginjak 20 tahun. Mengerjakan berbagai pekerjaan dalam rumah menjadi hal yang
mudah bagiku sehingga mama tidak repot lagi.
Aku menjalani hidup seperti anak-anak
lain pada umumnya. Setelah lulus SD, lanjut ke SMP. Dan setelah lulus SMP,
lanjut lagi ke SMK. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan, sebenarnya
aku ingin sekali melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi. Tapi melihat kondisi
ekonomi orang tuaku, rasanya keinginan itu harus kuurungkan. Sebenarnya ada
rasa sedih dan kecewa, karena bagiku pendidikan adalah salah satu jalan untuk
memperbaiki masa depan. Tapi terkadang kenyataan memang tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan. Ditengah rasa kecewa itu, Allah memberiku jalan. Aku ditawari
untuk bekerja di tempat penjualan hijab milik tetanggaku. Dan tawaran itu
kuterima dengan pertimbangan bahwa siapa tahu dengan bekerja, aku bisa
mengumpulkan uang untuk biaya kuliah. Selain itu, daripada nganggur yah kenapa
tidak kucoba saja untuk bekerja.
Dengan ucapan Bismillah, aku pun mulai menjalani lembaran baru dalam kehidupanku.
Meskipun sebenarnya ada sedikit keraguan dalam hati. Karena jujur saja aku
tidak begitu suka dengan pekerjaan yang mengharuskan untuk berhadapan dengan
manusia. Jika boleh memilih, aku lebih suka bekerja di depan komputer, hehehe.
Tapi, keraguan itu kubuang jauh-jauh. Dan dengan niat untuk belajar mandiri dan
tidak menyusahkan orang tua. Aku pun berusaha untuk mencintai pekerjaan ini
dengan terus belajar bagaimana caranya melayani pembeli dengan ramah &
sopan. Awalnya memang terasa berat, karena tak jarang kutemui pembeli yang
kemauannya banyak, suka menawar dengan harga yang tidak masuk akal -_- dan
sebagainya. Meskipun demikian, aku tetap bersyukur atas setiap hal yang
kujalani, atas setiap detik yang kulalui dan atas nafas yang masih Allah beri
padaku.
Aku hanya 2 bulan bekerja di tempat
penjualan hijab milik tetanggaku itu. Karena nenek mengajakku untuk ke Kota
Ternate. Yah, sebenarnya agak berat juga meninggalkan pekerjaan itu. Tapi
kasihan juga kalau nenek tidak ada yang menemani. Namun, hikmah dibalik
kepergianku ke sana adalah Mama akhirnya menggantikanku bekerja di tempat
penjualan hijab itu. Sudah lama mama ingin mencari kegiatan yang bisa
menghasilkan uang. Tapi selalu dilarang oleh bapak, karena bapak tidak ingin
anak-anaknya tidak ada yang mengurus. Namun, karena adik bungsuku sudah bisa
ditinggal di rumah dan dijaga oleh adikku yang kedua. Maka, bapak pun
mengizinkan mama bekerja.
Singkat cerita, setelah pulang kembali
ke Kendari. Niat untuk kuliah pun masih ada dalam hatiku. Tapi, lagi-lagi
kenyataan berbenturan dengan harapanku. 2 tahun sudah kutunda niat untuk
mengenyam bangku kuliah, padahal teman-temanku sudah memasuki tahun kedua
mereka di universitas. Kadang terselip rasa iri pada mereka. Tapi, seiring
berjalannya waktu aku belajar untuk menerima segalanya. Berusaha untuk terus
berbaik sangka atas setiap takdir yang Allah tuliskan. Mencoba bersabar atas
segala anggapan rendah orang lain atas kondisi ekonomi keluargaku. Mencoba
ikhlas atas tatapan-tatapan merendahkan dari orang-orang yang merasa dirinya
lebih dari segi materi. Mencoba tabah atas berbagai masalah yang datang silih
berganti. Mungkin memang benar, bahwa di setiap masalah pasti mengandung hikmah
yang bisa dijadikan pelajaran. Sama seperti yang kualami. Dengan adanya
berbagai cobaan hidup, aku pun jadi lebih mengerti bahwa tiada tempat bersandar
terbaik selain kepada Allah SWT. Bahwa hanya Allah lah yang tak akan pernah
meninggalkan kita dalam keadaan apapun, meskipun kadang kita justru lalai untuk
mengingatnya. Bahwa Allah adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Dan hanya
dengan mengingat-Nya lah hati menjadi tenang.
Alhamdulillah, saat ini aku sudah
bekerja lagi. Kali ini di sebuah mini market yang letaknya tak begitu jauh dari
rumah. Aku bekerja di bagian Administrasi. Mengurus segala hal berkaitan dengan
nota pembelian barang. Dan kali ini, aku bekerja berhadapan dengan komputer—seperti
apa yang aku inginkan dulu. Dan yang tak kalah membuatku bahagia adalah karena
aku dimudahkan oleh Bos tempat kerjaku untuk tetap melaksanakan sholat di
sela-sela waktuku bekerja. Karena menurut pengalaman beberapa temanku, ada yang
bekerja di tempat yang agak dipersulit saat hendak mengerjakan sholat. Selain
itu, karena ada Masjid di dekat tempatku bekerja, jadinya aku bisa sholat di
Masjid. Aktifitas yang kujalani memang seringkali menguras fikiran dan
tenagaku. Tapi aku percaya, asalkan niat kita Lillahi Ta’ala, maka rasa lelah
yang kurasakan tidak akan menjadi beban untukku.
Sampai saat ini, impianku untuk bisa
kuliah masih tetap ada. Tak henti-henti kumeminta agar dimudahkan dalam
mewujudkan apa yang kuinginkan itu. Dan semoga saja dengan pekerjaanku
sekarang, bisa menjadi jalan untuk sedikit demi sedikit mengumpulkan uang agar
bisa dipakai untuk biaya kuliah. Sungguh, Allah lebih tahu apa yang terbaik
untuk hamba-Nya. Allah memberikan apa yang kita butuhkan di saat yang memang
tepat. Hingga terkadang keinginan kita ditunda dulu. Semoga apapun yang
kujalani sekarang tetaplah dengan niat Lillahi Ta’ala. Dan setiap langkahku
selalu diridhoi oleh-Nya. Aamiin.
“Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
*****
Jadi
perempuan tak berarti harus lemah. Perempuan juga bisa mandiri dan menjadi
bermanfaat untuk sekitar. Berbagai cobaan hidup memang terkadang membuat diri
merasa tak berdaya. Tapi percayalah bahwa Allah akan selalu ada untuk hamba-Nya
yang tak pernah lelah meminta pertolongan-Nya. Cobaan yang berat tak ada
apa-apanya dibanding nikmat yang Allah akan beri setelah kita mampu melalui
cobaan itu dengan sabar, ikhlas dan tawakal. Jadilah perempuan tangguh dan
mandiri. Perempuan yang mampu menjaga dirinya dari hal-hal negatif, mampu
melakukan sesuatu yang bisa mengubah keadaan yang tadinya terpuruk menjadi
bangkit kembali. Tetap semangat, dan jadikan Allah sebagai tempat terbaik untuk
mencurahkan segala isi hati.
-
Nirwana Fitria -
0 komentar:
Posting Komentar