Kamis, 21 Juli 2016

{Artikel} Sekampung Tanpa Televisi


Sekampung Tanpa Televisi
Oleh :Raidah Athirah

SETIAP rumah punya aturan sendiri mengenai ada dan tidaknya manfaat televisi di dalam rumah.

Kami termasuk dalam keluarga yang memegang kesepakatan bahwa televisi di dalam rumah lebih banyak keberukannya di banding manfaatnya.

Saat di Polandia sampai merantau ke Norwegia, televisi memang tak punya tempat dalam ruang hidup kami. Meskipun demikian kami tidak terisolasi dari dunia luar. Tidak ! Tidak sama sekali!

Praktis, saat Aisha tumbuh, mata kecilnya tak pernah menatap televisi. Apakah lantas kami tak ada hiburan untuknya? Justru sebaliknya. Hiburan banyak muncul dalam permainan edukasi .

Saat mudik ke Indonesia dan qadarAllah harus tinggal lebih lama di kota Ambon, hal yang mengkhawatirkan kami adalah tantangan dari lingkungan. Kalau Aisha tidak pernah menonton televisi tidak dengan anak-anak tetangga. Suka-suka mereka kalau mereka ingin menonton acara televisi di rumah.


Bagaimana ia seorang diri bersosialisasi di lingkungan yang berlawanan dengan aturan yang kami buat di rumah. Alhamdulillah, kegelisahan kami Allah jawab dengan menakdirkan kami tinggal di kompleks yang semua rumah tidak memiliki televisi. Kompleks di sini (Ambon) sudah biasa disebut kampung.

Satu kampung ini tidak ada televisi. Apakah kemudian berpengaruh kepada tingkah laku anak-anak? Jelas iya. Anak-anak yang terpapar tontonan buruk begitu gampang meniru yang mereka lihat.
Anak-anak di sini karena kesehariannya tanpa televisi,otomatis sifat-sifat natural anak-anak masih kita rasakan. Interaksi mereka begitu hangat. Kata, kalimat yang keluar adalah hasil didikan orang tua. Aisha perlahan merasakan dampak dari lingkungan yang jauh dari fitnah televisi.

Tiada hari tanpa bermain walaupun hanya di pekarangan rumah. Bermain bagi kami adalah proses belajar itu sendiri. Terkadang Abu Aisha membawanya ke pelataran Masjid.

Walaupun minus fasilitas tidak seperti di Polandia atau Norwegia, akan tetapi ada nilai yang kami menangkan, hubungan sosial yang hangat, saling mendukung dan anak-anak yang bebas dari paparan dunia digital.

Anak-anak disini bukan berarti tak mengenal teknologi, tetapi diberikan atas dasar kebutuhan. Hanya anak-anak yang sudah cukup umur dengan pendidikan agama yang tertanam sejak kecil kemudian dibolehkan menggunakan internet, tapi untuk televisi sedikitpun tak ada tempat di kampung ini.

Saya bukan pakar untuk menjelaskan lebih detail bagaimana televisi telah mengambil peran dalam mendidik anak-anak generasi hari ini. Saya dan suami menyadari betul kelemahan diri kami dari segi pengetahuan maupun pengalaman dalam mendidik anak masih dibilang zero, baru saja dimulai di titik permulaan.

Apa yang bisa seorang anak dapatkan dari televisi? Saya kira jawabannya dikembalikan terhadap persepsi masing-masing keluarga.

Alhamdulillah, kami tidak merasa kuper atau rendah diri karena tak memiliki televisi di rumah. Ada banyak media hiburan selain televisi yang jauh dari fitnah. Perkataan ibu saya bahwa kalau orang tua tugasnya hanya memberi makan dan minum, binatang pun juga bisa.Tanggung jawab sebagai orang tua justru jauh lebih besar bukan saja untuk bekal dunia, tapi juga akhirat.

Apa yang kita harapkan dari generasi-generasi yang dididik oleh televisi?

Bahkan saat bertandang ke rumah keluarga, saya memperhatikan program-program yang ditampilkan di televisi jauh dari tujuan mendidik. Lantas, apa yang kita harapkan dari anak-anak yang siang malam dididik oleh televisi?

Adab, sopan-santun, kejujuran, ketegasan, yang dalam Islam disebut akhlak akan dipelajari anak dari mana?

Apakah program televisi mendidik kepada fitrah anak-anak? Kita hidup di zaman dimana sekat- sekat tabu tak lagi malu dipertontonkan. Perkataan-perkataan sia-sia menjadi lumrah dalam pendengaran. Apa yang akan kita pertanggungjawabkan diakhirat nanti ketika ditanya tentang amanah mendidik anak?

Hidup tak hanya berkisar seputar kotak hitam (tv). Kebersamaan, kehangatan bermain, travelling dan menyaksikan langsung alam ciptaan Allah adalah nikmat yang luar biasa .

Sekampung tanpa televisi adalah sekampung tanpa sampah-sampah informasi.

Sekampung tanpa televisi adalah sekampung yang jauh dari fitnah hidup dan hedonisme.

Sekampung tanpa televisi adalah sekampung yang berdiri melindungi anak-anak zaman dari kerusakan adab dan kecerdasan emosi.

Sekampung tanpa televisi adalah sekampung penuh warna hidup. Alhamdulillah kami bersyukur atas nikmat ini. Rumah tanpa televisi,siapa takut? []


 *****




Share:

0 komentar:

Posting Komentar