Jumat, 08 Juli 2016

My Note: Pesan Siaran

PESAN SIARAN
OLEH: NIRWANA FITRIA


Bismillah…
Assalamualaikum..

Taqobballlahu minna wa minkum.
Selamat Idul Fitri 1437 H.
Mohon maaf lahir dan batin.


Gema takbir menutup bulan Ramadhan yang kini telah berganti dengan syawal. Kini bulan penuh berkah itu telah beranjak meninggalkan kita. Bulan yang di dalamnya terdapat rahmat dan ampunan dari Allah. Bulan yang sangat mulia. Ketika takbir berkumandang, rasanya diri ini malu pada bulan Ramadhan. Malu karena ibadah yang jauh dari kata Baik. Ya Rabb… Maafkan hamba-Mu yang lalai ini .

Satu hal yang identik dengan nuansa lebaran adalah moment maaf-memaafkan. Seiring dengan perkembangan zaman dan kecanggihan teknologi. Kini, silahturahmi dalam rangka maaf-memaafkan itu sudah terwakili lewat ucapan melalui pesan singkat maupun lewat sosial media. Salah satu sosial media yang biasa digunakan adalah BBM.

SUMBER GAMBAR: MBAH GOOGLE ^^


Banyak teman-teman saya yang mengirimkan pesan lewat BBM yang isinya permintaan maaf di hari Lebaran. Saya sendiri bukannya tidak niat untuk membalas pesan tersebut, hanya saja seperti ada yang mengganjal di hati. Bayangkan saja jika pesan yang dikirim tersebut adalah “pesan siaran” atau dikenal dengan istilah “broadcast”. Tentu yang menerimanya bukan hanya 1 orang kan? Saya tidak mempermasalahkan persoalan niat. Karena perkara niat, adalah urusan si pembuat pesan dengan Allah. Yang saya permasalahkan adalah, mengapa untuk mengucapkan permohonan maaf saja harus menggunakan “pesan siaran”? Terlalu beratkah untuk mengirim pesan tersebut secara pribadi saja? Kalau untuk saya pribadi, ada kesan yang berbeda saat menerima ucapan di hari lebaran melalui “pesan siaran” dengan “pesan pribadi”. Ketika si pengirim menggunakan “pesan pribadi” saya seperti dihargai sebagai seorang teman/kerabat. Bukan karena saya gila penghargaan. Tapi coba saja rasakan sendiri perbedaan saat menerima pesan yang dikirim melalui “pesan siaran” dengan “pesan pribadi”. Mungkin anda juga akan merasakan apa yang saya rasakan.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan “pesan siaran” tersebut. Tapi, bukankah lebih baik jika pesan di hari lebaran untuk teman, kerabat maupun keluarga itu kita kirim melalui “pesan pribadi” saja. Atau bahkan lebih bagus lagi jika melalui telepon. Karena tangan kita tak sempat berjabat, muka juga tak sempat bertemu. Alangkah lebih baiknya jika kita bisa mencari alternatif lain yang terbaik di antara yang baik.

Untuk hukum mengucapkan selamat lebaran (dalam islam) melalui media komunikasi itu sendiri, saya yang masih jauh dari kata taat ini (baca: sedang belajar taat) tidak mengetahuinya. Dan itulah sebabnya saya tidak bisa membahasnya lebih lanjut. Mungkin bisa ditanyakan langsung kepada yang lebih mengetahuinya. Sebab, alangkah kurang baiknya jika saya asal ngomong tanpa dasar. Yang jelasnya semua pasti sudah diatur dalam islam. Bukankah Islam memang indah karena mengatur segala jenis persoalan mulai dari hal yang kecil hingga besar. MasyaAllah.

Akhir kata, saya hanya bisa menyampaikan maaf jika apa yang saya tulis ini kurang berkenan. Karena saya hanyalah penulis pemula yang masih dan memang harus terus belajar. Penulis yang sebenarnya masih belum pantas disebut penulis. Lebih baik jika ditambahkan kata “calon” di depan kata penulis. Hingga menjadi (calon) penulis :D hahahaha.

Kendari, 8 Juli 2016

With Love,

NF


Share:

0 komentar:

Posting Komentar