PESAN SIARAN
OLEH: NIRWANA FITRIA
OLEH: NIRWANA FITRIA
Bismillah…
Assalamualaikum..
Taqobballlahu minna wa
minkum.
Selamat Idul Fitri 1437 H.
Mohon maaf lahir dan
batin.
Gema takbir menutup bulan
Ramadhan yang kini telah berganti dengan syawal. Kini bulan penuh berkah itu
telah beranjak meninggalkan kita. Bulan yang di dalamnya terdapat rahmat dan
ampunan dari Allah. Bulan yang sangat mulia. Ketika takbir berkumandang, rasanya
diri ini malu pada bulan Ramadhan. Malu karena ibadah yang jauh dari kata Baik.
Ya Rabb… Maafkan hamba-Mu yang lalai ini .
Satu hal yang identik
dengan nuansa lebaran adalah moment maaf-memaafkan. Seiring dengan perkembangan
zaman dan kecanggihan teknologi. Kini, silahturahmi dalam rangka maaf-memaafkan
itu sudah terwakili lewat ucapan melalui pesan singkat maupun lewat sosial
media. Salah satu sosial media yang biasa digunakan adalah BBM.
SUMBER GAMBAR: MBAH GOOGLE ^^ |
Banyak teman-teman saya
yang mengirimkan pesan lewat BBM yang isinya permintaan maaf di hari Lebaran.
Saya sendiri bukannya tidak niat untuk membalas pesan tersebut, hanya saja
seperti ada yang mengganjal di hati. Bayangkan saja jika pesan yang dikirim
tersebut adalah “pesan siaran” atau dikenal dengan istilah “broadcast”. Tentu yang
menerimanya bukan hanya 1 orang kan? Saya tidak mempermasalahkan persoalan
niat. Karena perkara niat, adalah urusan si pembuat pesan dengan Allah. Yang saya
permasalahkan adalah, mengapa untuk mengucapkan permohonan maaf saja harus
menggunakan “pesan siaran”? Terlalu beratkah untuk mengirim pesan tersebut
secara pribadi saja? Kalau untuk saya pribadi, ada kesan yang berbeda saat
menerima ucapan di hari lebaran melalui “pesan siaran” dengan “pesan pribadi”. Ketika
si pengirim menggunakan “pesan pribadi” saya seperti dihargai sebagai seorang
teman/kerabat. Bukan karena saya gila penghargaan. Tapi coba saja rasakan
sendiri perbedaan saat menerima pesan yang dikirim melalui “pesan siaran”
dengan “pesan pribadi”. Mungkin anda juga akan merasakan apa yang saya rasakan.
Sebenarnya tidak ada yang
salah dengan “pesan siaran” tersebut. Tapi, bukankah lebih baik jika pesan di
hari lebaran untuk teman, kerabat maupun keluarga itu kita kirim melalui “pesan
pribadi” saja. Atau bahkan lebih bagus lagi jika melalui telepon. Karena tangan
kita tak sempat berjabat, muka juga tak sempat bertemu. Alangkah lebih baiknya
jika kita bisa mencari alternatif lain yang terbaik di antara yang baik.
Untuk hukum mengucapkan
selamat lebaran (dalam islam) melalui media komunikasi itu sendiri, saya yang
masih jauh dari kata taat ini (baca: sedang belajar taat) tidak mengetahuinya. Dan
itulah sebabnya saya tidak bisa membahasnya lebih lanjut. Mungkin bisa
ditanyakan langsung kepada yang lebih mengetahuinya. Sebab, alangkah kurang
baiknya jika saya asal ngomong tanpa dasar. Yang jelasnya semua pasti sudah
diatur dalam islam. Bukankah Islam memang indah karena mengatur segala jenis
persoalan mulai dari hal yang kecil hingga besar. MasyaAllah.
Akhir kata, saya hanya
bisa menyampaikan maaf jika apa yang saya tulis ini kurang berkenan. Karena saya
hanyalah penulis pemula yang masih dan memang harus terus belajar. Penulis yang
sebenarnya masih belum pantas disebut penulis. Lebih baik jika ditambahkan kata
“calon” di depan kata penulis. Hingga menjadi (calon) penulis :D hahahaha.
Kendari, 8 Juli 2016
With Love,
NF
0 komentar:
Posting Komentar